Cha no Yu
Teh
Pada dasarnya teh adalah minuman berkafein yang dihasilkan dengan
cara menyeduh daun, pucuk, atau tangkai daun yang dikeringkan. Tanaman
teh (Camellia sinensis ) menghasilkan 4 kelompok teh: teh hitam, teh
oolong, teh hijau, dan teh putih.Teh mengandung polifenol, senyawa
antioksidan yang diyakini berkhasiat bagi kesehatan. Polifenol tertinggi
diperoleh pada teh hijau, kemudian oolong, lalu disusul teh hitam.
Konsumsi teh Indonesia masih sangat rendah, sekitar 300 gram per
kapita per tahun. Sebagai perbandingan, konsumsi teh Inggris 2.260 gram
dan Jepang 1.140 gram. Sementara Indonesia dikenal sebagai penghasil teh
nomor 5 di dunia.
Senyawa Bioaktif dalam teh Hijau
Teh hijau mengandung lebih dari 36 persen polifenol, sekalipun
jumlah ini masih dipengaruhi cuaca (iklim), varietas, jenis tanah dan
tingkat kemasakan. Kunci utama dari khasiat teh berada pada komponen
bioaktifnya, yaitu polifenol, yang secara optimal terkandung dalam daun
teh yang muda dan utuh.
Paling tidak sekitar 14 glikosida mirisetin, kuersetin dan
kaempferol dalam teh segar, teh hijau dan teh hitam telah diketahui
keampuhannya menghalau kanker dan kolesterol.
Sifat fungsional teh hijau lebih tinggi dibandingkan dengan teh
hitam. Ini ditunjukkan dengan jumlah polifenol teh hijau yang berperan
untuk mencegah terjadinya kanker dibandingkan polifenol teh hitam.
Senyawa polifenol dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas
hidroksil sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein dan DNA dalam
sel. Radikal bebas yang berasal dari berbagai makanan awetan dan polusi
udara merupakan musuh utama kesehatan, kecantikan dan penuaan dini
seperti cepat keriput dan noda hitam pada kulit. Kemampuan polifenol
menangkap radikal bebas, 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C
dan 25 kali lebih efektif dari vitamin E.
Hal yang sama juga terjadi pada LDL, kolesterol yang berbahaya bagi
tubuh. Katekin dan theflavin membantu menyingkirkan radikal bebas
sehingga tak memiliki kesempatan mengoksidasi LDL yang dapat membentuk
plak pada dinding arteri, yang menjadi penyebab aterosklerosis. Dengan
demikian, antioksidan pada teh dapat memperlancar arteri mengirim darah
yang penuh gizi ke jantung dan ke seluruh tubuh.
Selan itu, kandungan epigalokatekin dan epigalokatekin galat pada
teh hijau dapat menghambat aktivitas enzim yang mengatur tekanan darah
dan dapat membantu mengurangi penyerapan vitamin B1 yang mengakibatkan
berkurangnya aktivitas metabolisme gula sehingga berat badan bisa turun.
Maka dengan mengkonsumsi teh secara teratur, 2- 4 gelas setiap hari,
dapat menstimulasi terjadinya penurunan tekanan darah dan membantu
menormalkan tekanan darah penderita tekanan darah tinggi.
Teh Jepang
Walaupun teh berasal dari jenis pohon yang sama- Camellia sinensis -proses pembuatan teh dapat menghasilkan berbagai variasi :
Matcha dan Kokeicha : Matcha adalah bubuk teh hijau yang digunakan
dalam upacara Cha no Yu. Digunakan dengan cara menyeduh dengan air
mendidih dan mengaduk secara beraturan hingga berbuih menggunakan kuas
bambu. Kokeicha adalah bubuk matcha berbentuk pasta yang dicetak meniru
bentuk daun.
Sencha and Bancha : Jenis teh yang digunakan sehari-hari di rumah.
Kualitas bancha lebih rendah dibandingkan dengan sencha. Shencha
berkualitas tinggi sedikit terasa manis serupa bayam dengan tekstur daun
yang lembut, sedangkan bancha terasa sedikit pahit dan beraroma rumput.
Gyokuro : Adalah teh hijau berkualitas tinggi. Ketika daun tumbuh,
semak teh diselimuti bubuk bambu sehingga daun teh memproduksi clorofil
lebih banyak dari biasa. Hal ini membuat kandungan teh kaya klorofil
namun beraroma lebih lembut karena tannin (zat warna pada tumbuhan) yang
berkurang . Genmaicha Genmaicha adalah teh hijau yang disangrai dengan
butiran nasi. Konon, Genmai-nama pelayan seorang samurai ternama- tidak
sengaja menumpahkan remah nasi ke dalam teh majikannya. Walau Genmai
terpaksa dieksekusi, majikannya sangat menikmati aroma teh itu dan
menamainya Genmaicha- menghormati pelayannya.
Hojicha dibuat dari daun bancha yang disangrai. Memiliki rasa dengan
aroma asap yang alami. Kukicha dibuat dari ranting semak teh; disangrai
sebanyak empat kali hingga berwarna coklat. Memiliki aroma harum dan
rasa sedikit menggigit.
CHANOYU
Chanoyu dikenal sebagai "Upacara Minum Teh" tetapi arti harafiahnya
adalah ‘air panas untuk teh ‘ . Secara sederhana Chanoyu dapat diartikan
sebagai perpaduan dari berbagai seni Jepang yang berfokus pada
‘persiapan’ dan ‘penyajian ‘ semangkuk teh sepenuh hati.
Teh pertama kali diperkenalkan ke Jepang dari Cina melalui para
pendeta Buddha di abad ke-enam. Teh kemudian mendapat perhatian khusus
di tahun 1191 sejak kepulangan pendeta Zen bernama Eisai (1141-1215)
pendiri sekte Rinzai dari Buddha Zen di Jepang. Ia memperkenalkan bubuk
teh dan daun teh yang dibawanya dari Cina. Bibit teh kemudian ditanam
oleh rekannya pendeta Myoe (1173-1232) di kuil Kozanji –Kyoto bagian
timur.
Maha guru teh Sen Rikyu (1522-1591) mengembangkan wabicha – tata
cara menikmati teh yang merefleksikan rasa sederhana dan ketenangan dari
teh. Hal ini lah yang diajarkan di Jepang dan disebarkan ke seluruh
dunia hingga hari ini.
Wa Kei Sei Jaku (keharmonisan , penghormatan , kemurnian
dan keterampilan ) adalah prinsip yang dipegang teguh para praktisi
Chanoyu yang juga dipraktekkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Di antara ragam gaya Chanoyu yang dipraktekkan hingga hari ini,
Sekolah Teh Urasenke, di bawah pimpinan Sen Soshitsu XVI, keturunan
ke-16 dari Sen Rikyu, adalah yang paling populer. Empat puluh tahun
belakangan ini Sen Genshitsu,ayah sekaligus gurunya telah mulai
berkeliling dunia untuk memperkenalkan Chanoyu ke berbagai belahan
dunia. Dia percaya ketika orang berkumpul untuk berbagi semangkuk teh,
kedamaian akan tercipta.
Daisetz T. Suzuki dalam buku "Zen and Japanese Culture" menggambarkan alasan terakhir menyesap teh di ruang teh:
"Siapa yang akan menyangkal ketika saya menyesap teh di ruang
teh saya, juga berarti saya tengah menelan dunia bersamanya? Ketika saya
mengangkat mangkuk ke bibir saya merupakan keabadian tersendiri yang
dapat melampaui ruang dan waktu ? "
"Seni teh mengajarkan kita lebih dari sekedar keharmonisan atau
pun menjaganya dari kontmaninasi atau bahkan membiarkannya tenggelam ke
dalam ketenangan kontemplatif. Mengenai hal ini Suzuki mengatakan " juga
membaca kelembutan ruh’ (yawaragi) . Bagi saya hal ini menggambarkan
ruh yang dapat mengatur seluruh prosedur dari seni teh dengan lebih
baik’.
"Apakah teh itu ? Hal sederhana untuk merebus air, menyeduh dan
meminumnya ?. Ini adalah hal mendasar. Jalan setapak di kebun, bilik,
penjamu dan tetamu ..semua melebur dalam teh tanpa terganggu” Sen no Rikyu (1521-91)
(Sen no Rikyu adalah Maha Guru terhormat yang dikenal sebagai penemu Cha no yu.) DSN 03/2011 : dari berbagai sumber