Lafal Jepang
Bahasa Jepang mempunyai 5 huruf vokal yaitu /a/, /i/, /ɯ/, /e/, dan /o/.
Lafaz vokal bahasa Jepang mirip bahasa Indonesia. Contohnya:
• /a/ seperti "bapa"
• /i/ seperti "ibu"
• /u/ seperti "urut"
• /e/ seperti "esok"
• /o/ seperti "obor"
Tulisan bahasa Jepang
Tulisan bahasa Jepang berasal dari tulisan bahasa
China (漢字/kanji) yang diperkenalkan pada abad keempat Masehi. Sebelum
ini, orang Jepang tidak mempunyai sistem penulisan sendiri.
Tulisan Jepang terbagi kepada tiga:
• aksara Kanji (漢字) yang berasal dari China
• aksara Hiragana (ひらがな) dan
• aksara Katakana (カタカナ);
Keduanya berunsur daripada tulisan kanji dan dikembangkan pada abad
kedelapan Masehi oleh rohaniawan Buddha untuk membantu melafazkan
karakter-karakter China.
Kedua aksara terakhir ini biasa disebut kana dan keduanya terpengaruhi
fonetik bahasa Sansekerta. Hal ini masih bisa dilihat dalam urutan
aksara Kana. Selain itu, ada pula sistem alihaksara yang disebut romaji.
Bahasa Jepang yang kita kenal sekarang ini, ditulis dengan menggunakan
kombinasi aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana. Kanji dipakai untuk
menyatakan arti dasar dari kata (baik berupa kata benda, kata kerja,
kata sifat, atau kata sandang). Hiragana ditulis sesudah kanji untuk
mengubah arti dasar dari kata tersebut, dan menyesuaikannya dengan
peraturan tata bahasa Jepang.
Kana
Aksara Hiragana dan Katakana (kana) memiliki urutan seperti dibawah ini, memiliki 46 set huruf masing-masing:
A Ka Sa Ta Na Ha Ma Ya Ra Wa N'
I Ki Shi Chi Ni Hi Mi (i) Ri (i)
U Ku Su Tsu Nu Hu Mu Yu Ru (u)
E Ke Se Te Ne He Me (e) Re (e)
O Ko So To No Ho Mo Yo Ro Wo
Keduanya (Hiragana dan Katakana) tidak memiliki arti apapun, seperti
abjad dalam Bahasa Indonesia, hanya melambangkan suatu bunyi tertentu,
meskipun ada juga kata-kata dalam bahasa Jepang yang terdiri dari satu
'suku kata', seperti me(mata), ki (pohon) ni (dua), dsb. Abjad ini
diajarkan pada tingkat pra-sekolah (TK) di Jepang.
Kanji
Banyak sekali kanji yang diadaptasi dari Tiongkok,
sehingga menimbulkan banyak kesulitan dalam membacanya. Dai Kanji Jiten
adalah kamus kanji terbesar yang pernah dibuat, dan berisi 30.000
kanji. Kebanyakan kanji sudah punah, hanya terdapat pada kamus, dan
sangat terbatas pemakaiannya, seperti pada penulisan suatu nama orang.
Oleh karena itu Pemerintah Jepang membuat suatu peraturan baru mengenai
jumlah aksara kanji dalam Joyoo Kanji atau kanji sehari-hari yang
dibatasi penggunaannya sampai 1945 huruf saja. Aksara kanji
melambangkan suatu arti tertentu. Suatu Kanji dapat dibaca secara dua
bacaan, yaitu Onyomi(adaptasi dari cara baca China) dan Kunyomi (cara
baca asli Jepang). Satu kanji bisa memiliki beberapa bacaan Onyomi dan
Kunyomi.
Tanda baca
Dalam kalimat bahasa Jepang tidak ada spasi yang
memisahkan antara kata dan tidak ada spasi yang memisahkan antara
kalimat. Walaupun bukan merupakan tanda baca yang baku, kadang-kadang
juga dijumpai penggunaan tanda tanya dan tanda seru di akhir kalimat.
Tanda baca yang dikenal dalam bahasa Jepang:
• 。(句点/kuten) Fungsinya serupa dengan tanda baca titik yakni untuk mengakhiri kalimat.
• 、(読点/toten) Fungsinya hampir serupa dengan tanda baca koma yakni
untuk memisahkan bagian-bagian yang penting dalam kalimat agar lebih
mudah dibaca.
Angka dan Sistem Penghitungan
Bangsa Jepang pada jaman dahulu (dan dalam jumlah
yang cukup terbatas pada jaman sekarang) menggunakan angka-angka
Tionghoa, yang lalu dibawa ke Korea dan sampai ke Jepang. Berikut
adalah angka-angka mereka dari 0 sampai 10,100,1000 dan 10 000:
〇一二三四五六七ハ九十百千万
"rei,ichi,ni,san,shi/yon,go,roku,shichi/nana,hachi,kyuu/ku,jyuu,hyaku,sen,man"
Setelah Kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi oleh Eropa, angka-angka
Arab/Latin mulai digunakan secara besar-besaran, dan hampir mengganti
sepenuhnya kegunaan angka Tionghoa ini.
Dalam pengunaannya di Bahasa Jepang, dan untungnya juga agak mirip di
bahasa Indonesia, angka-angka ini tidak bisa digunakan seperti itu saja
untuk menyatakan sebuah jumlah dari sebuah barang, waktu dan
sebagainya. Pertama-tama jenis barangnya harus dipertimbangkan, lalu
ukurannya, dan akhirnya jumlahnya. Cara berhitung untuk waktu dan
tanggal pun berbeda-beda, maka satu hal yang harus dilakukan adalah
menghafalkan cara angka-angka ini bergabung dengan satuannya.
1. BARANG
cara menghitung barang dilihat dari bentuk dan ukurannya
1.1. Barang secara umum (sepadan dengan berapa buah) (Kanji 一つ、二つ, ...)
Misal: いくつ?(ikutsu?),berapa banyak?: 1 buah ひとつ(hitotsu) 2 buah
ふたつ(futatsu) 3 みっつ (mittsu) 4 よっつ (yottsu) 5 いつつ (itsutsu) むっつ (muttsu)
ななつ (nanatsu) やっつ (yattsu) ここのつ (kokonotsu) とお (too). digunakan untuk
menghitung jumlah buah, dan barang barang yang "umum"/ biasa, tidak
termasuk kategori yang lainnya.
1.2. Barang Panjang (sepadan dengan berapa botol,batang,drum,kaleng
dll. yang mempunyai bentuk silinder/ tabung) (satuan dalam kanji 一本、二本,
...) Misal: Berapa banyak? なんぼん?(nanbon?): 1 いっぽん(ippon) 2 にほん(nihon) 3
さんぼん(sanbon) 4 よんほん(yonhon) 5 ごほん(gohon) 6 ろっぽん(roppon) 7 ななほん(nanahon)
8 はっぽん(happon) 9 きゅうほん(kyuuhon) 10 じゅっぽん(jyuppon). dapat dipakai untuk
menghitung jumlah pensil, botol, pohon.
1.3. Barang Tipis (sepadan dengan berapa helai, lapis, lembar) (一枚、二枚,
...) Hanya perlu angka biasa ditambahi satuan まい(mai) sebagai akhiran,
Misal: berapa banyak? なんまい?(nanmai?) 1 lembar いちまい(ichimai) ,dst . Bisa
digunakan untuk menghitung jumlah kertas, baju, perangko, dan bahkan
pizza! dan beda tipis lainnya.
1.4. Barang Besar (sepadan dengan berapa buah) (Satuan Kanji 一大、二大,...)
Hanya perlu angka biasa ditambahi satuan だい(dai) sebagai akhiran, Misal
:Berapa banyak? なんだい? (nandai?) 1 buah いちだい (ichidai),dst . Bisa
digunakan untuk menghitung jumlah barang elektronik yang besar, atau
barang besar pada umunya, seperti televisi, kulkas, rumah, mobil dan
sebagainya
2. MAKHLUK HIDUP
2.1. Manusia (sepadan dengan berapa orang) (Satuan tertulis dengan
Kanji 一人、二人) untuk mengucapkan seorang ひとり(hitori), dua orang
ふたり(futari) dan seterusnya setelah itu hanya perlu menggunakan angka
biasa ditambahi satuan にん(nin) Misal: Berapa banyak orang?
なんにん?(nannin?) 3 orang さんにん(sannin) 7 orang しちにん(shichinin)
Tata Bahasa
Pola kalimat dalam Bahasa Jepang seperti Bahasa Inggris, misalnya:
akai kuruma
red car
mobil merah
dimana akai adalah merah dan kuruma adalah mobil Pada prakteknya, kata
kerja dalam Bahasa Jepang selalu berada di akhir kalimat, misalnya:
Hon wo yomimasu
membaca buku
dimana hon adalah buku dan yomimasu adalah membaca (dari yomu=baca)
Pada Bahasa Jepang, tidak selalu disebutkan subyeknya, Walaupun kata
kata tersebut ada, yang terlihat seperti contoh diatas. Bila
dimasukkan, akan menjadi seperti ini:
Watashi wa hon wo yomimasu
Saya membaca buku
Kata Sifat
Pengunaan kata sifat di dalam Bahasa Jepang
kadang-kadang dapat memusingkan, namun penjelasan dibawah ini mungkin
cukup untuk memahami sebagian dari rumus-rumus dan hukum-hukum
pengunaannya di Bahasa Jepang yang benar.
Di dalam Bahasa Jepang, terdapat tiga buah jenis kata sifat, kata sifat
な(na) dan kata sifat い(i). jenis kata sifat ketiga/ kata sifat asli
sangatlah sedikit jumlahnya.
Dua jenis kata sifat yang paling umum ini dipisah menjadi dua jenis
karena PADA UMUMNYA mereka berakhir dengan huruf hiragana yang
sesuai,い(i) atau な(na) pada bentuk dasarnya, dan apabila disambung pada
suatu kata PASTI AKAN diakhiri dengan hiragana tersebut. Misal-misal
(kata-kata diberi spasi untuk pemudahan pembacaan, dan dalam penulisan
hiragana dan kanji) misal kata sifat い (i): あかるい へや / 明るい 部屋(akarui
heya) kamar yang terang misal kata sifat な (na): ゆうめいな やま / 有名な
山(yuumeina yama) gunung yang terkenal
Salah satu perkecualian terdapat di dalam kata-kata seperti きれい(kirei)
yang berarti rapih, atau indah (kanji untuk rapih dan indah adalah
berbeda),べんり(benri), mudah dipakai, dan banyak lagi kata sifat な(na)
yang nampaknya berakhiran huruf い(i).
Mereka sebenarnya adalah kata sifat な(na). Kesalahan dalam membedakan
jenis kata sifat dapat membuat suatu kalimat menjadi rusak. Untungnya
kebanyakan kata sifat di Bahasa Jepang termasuk ke dalam kategori kata
sifat い(i).
misal perkecualian kata sifat な (na): 桜は 綺麗な 花 です / さくらは きれいな はな です(sakura wa kireina hana desu) Sakura adalah bunga yang indah
Warna-warna di dalam Bahasa Jepang masuk kategori kata sifat い (i),
karena itu, apabila digunakan akan berakhir dengan huruf い (i).
Pada pemakaiannya pun 2 jenis kata sifat ini akan menjadi sangat
berbeda, apabila dimasukkan dalam suatu kata negatif, atau dalam (past
tense) akhirannya tidak boleh sama.
Pengunaan dalam bentuk negatifnya Misal kata sifat い(i)negatif :
akhiran くない(kunai) menggantikan huruf い(i) di kata sifat awal. Misal :
Kata awal むずかしい(muzukashii),sulit. Bentuk negatif
むずかしくない(muzukashikunai),tidaklah sulit. Pengunaan :
にほんごはむずかしくないです/日本語は難しくないです (nihongo wa muzukashikunai desu) Bahasa
Jepang tidaklah sulit.
Misal kata sifat な(na) negatif: akhiran ではありません(dewa arimasen)
ditambahkan setelah kata sifat awal dimasukkan. Misal : Kata awal
しずか(shizuka),sepi. Awal+bentuk negatif しずかではありません(shizuka dewa
arimasen), tidaklah sepi. Pengunaan : あのこうえんはしずかではありません(ano koen ha
shizuka dewa arimasen) taman itu tidaklah sepi.
Pengunaan dalam (past tense)
Misal kata sifat い(i) bentuk (past tense): akhiran かった(katta)
menggantikan huruf い(i) di kata sifat awal. Misal kata sifat い(i) past
tense DAN negatif: akhiran くなかった menggantikan huruf い(i) di kata sifat
awal.
Pengunaan 1: がっこうはたのしかったです/学校はたのしかったです(gakkoo ha tanoshikatta
desu),"sekolah telah dinikmati",terjemahan tidak langsung:saya telah
berbahagia di sekolah saya
Penggunaan 2: おまつりはよくなかったです/お祭りは 良くなかったです(omatsuri ha yokunakatta desu), hari rayanya (yang telah berlalu) tidak berjalan baik
Penggunaan 3: へやはきれいではありませんでした/部屋は清潔ではありませんでした(heya wa kirei dewa
arimasendeshita),kamarnya(yang telah dikunjungi) tidaklah rapih.
Bentuk Sopan
Seperti dalam bahasa Jawa, bahasa Jepang memiliki
3 tingkatan: halus, biasa, kasar. Hal ini sering kali dipakai dalam
subyek (orang) nya. Contoh:
Saya = Watakushi (halus)
Aku = Boku (untuk penutur lelaki) atau watashi (untuk lelaki dan perempuan)
"Gua" = Ore
Anda = Anata (halus)
Saudara = Kimi
Kau = Omae
"Lo" = Temee (diucapkan pada orang yang tidak kita suka, tapi bukan musuh)
kau = Kisama (diucapkan pada musuh)
Betuk halus yang seringkali kita dengar, diakhiri oleh -gozaimasu
Bentuk biasa diakhiri dengan -masu atau -desu
Bentuk kasar diakhiri dengan bentuk kamus, juga -da.
Biasanya, makin panjang suatu kalimat dalam bahasa Jepang, makin dianggap sebagai kalimat sopan.
Akhiran Nama
Banyak sekali akhiran pada Bahasa Jepang,
digunakan untuk menghormati seseorang "menempatkan seseorang pada
tempatnya". Digunakan pada akhir nama seperti Tanaka-san, Takashi-sama,
dsb
-Sama = Pada orang yang kedudukannya jauh lebih tinggi dari pembicara.
-Dono = Digunakan pada mentri, kepala daerah, bisa juga berarti tuan.
secara literally artinya adalah "istana". PM Jepang dipanggil dengan
-Dono
-San = paling umum. Diterjemahkan sebagai Mr./Mrs/Ms. dalam Bahasa Inggris.
-Kun = Saudara. Digunakan untuk antar rekan kerja atau anak kecil (biasanya laki-laki), dsb
-Chan = Sayang. Digunakan untuk panggilan pada anak kecil (perempuan)
Selain itu ada yang lain, seperti -tan, -suke, dsb (tidak umum)
Kekerabatan bahasa Jepang
Para pakar bahasa tidak mengetahui secara pasti
kekerabatan bahasa Jepang dengan bahasa lain. Ada yang menghubungkannya
dengan bahasa Altai, namun ada pula yang menghubungkannya dengan bahasa
Austronesia. Selain itu ada pula kemiripan secara tatabahasa dan dalam
susunan kalimat serta secara fonetik dengan bahasa Korea meski secara
kosakata tidaklah begitu mirip.
|